KETIKA ATAP RUMAHNYA DIBONGKAR




Lukas 5:17-26

Ketika kita membaca nas ini, pada umumnya perhatian kita segera tertuju kepada Yesus, si orang lumpuh, atau juga orang Farisi, para ahli Taurat, dan orang banyak yang ada di situ. Jarang kita terpikir tentang sesuatu yang lain. Saat ini saya mengajak Anda untuk memperhatikan soal kecil, tentang seseorang yang jarang kita singgung dalam cerita ini. Siapa dia? Yang saya maksudkan tiada lain tiada bukan adalah si pemilik rumah melalui mana peristiwa ini terjadi.

Mungkin hal ini kelihatannya sepele, tapi bukanlah ia juga adalah bagian penting dalam cerita ini? Dapatkah Anda bayangkan andaikata si pemilik rumah ini tidak mengijinkan mereka membongkar atap rumahnya dalam rangka usaha para sahabat si lumpuh untuk mendapatkan jalan pertolongan untuk mendapatkan kesembuhan? Dapatkah Anda bayangkan seandainya ini adalah sebuah rumah mewah dengan nilai jutaan bahkan milyaran rupiah (dalam konteks kekinian kita), koq begitu saja direlakan untuk dibongkar atapnya untuk menurunkan orang sakit, si lumpuh dan diletakkan persisi di tengah rumah? Entahlah……

Bila kita cermati secara saksama, memang itulah satu-satunya cara terbaik saat itu, cara yang harus dilakukan oleh para saudara dan sahabat si lumpuh untuk mendapatkan pertolongan, menghadirkannya dekat dengan Yesus. Betapa tidak, dari berbagai penjuru, sesak berjubel manusia berkumpul. Sedangkan Yesus berada di suatu rumah yang tentu saja sulit untuk menerobos masuk mendekatiNya. Maka muncullah ide spekulasi darurat, untuk mendapatkan pertolongan cepat, dan dianggap tepat. Ya membongkar atap rumah. Tentu ini tidak mudah! Hanya kebersamaan, tekat, semangat, usaha, dan komunikasi yang baiklah yang memungkinkannya. Bayangkan naik ke atas rumah dengan menggotong seorang lumpuh. Dan jangan lupa, tentu mereka harus bernegosiasi dengan si pemilik rumah untuk meminta persetujuan.

Oh…si pemilik rumah yang berhati mulia. Kasih terpancar di sana. Walau memang bukan maksudnya untuk cari nama. Sebab jika tidak hatinya mulia, mana mungkin ia rela. Mana mungkin niat baik para sahabat si lumpuh terlaksana. Oh…. Si pemilik rumah yang walau tak satu pun perhatian tertuju padanya. Mungkin itu termasuk saya dan Anda para pembaca lainnya! Siapa sih sebenarnya si pemilik rumah yang pemurah dan berhati mulia ini? Saya rindu untuk mengajak Anda tau latar belakangnya. Perlu sekali rasanya kita meniru perbuatan kasih yang dilakukaanya. Karena itu indah sekali dan pasti diberkati.

Saudara….ketika lebih jauh kita teliti, berdasarkan keterangan yang ada dalam nas Alkitab sebelumnya, ternyata dia adalah mertuanya Simon Petrus, yang dicatat dalam nas sebelumnya tempat Yesus menginap dan menyembuhkan mertua Petrus yang sakit (Lukas 4:38-39). Ya, rumah milik mertua Pertus yang pernah dijamah Tuhan mendaspatkan kesembuhan dari sakit sebelumnya. Oh…luar biasa….Alkitab membuktikan, juga pengalaman nyata membuktikan, bahwa setia orang yang pernah mendapat kasih serta pertolongan Tuhan, mereka adalah orang-orang terdepan dalam berbuat kasih. Pengalaman nyata dalam kehidupan juga membuktikan, bahwa orang-orang yang mendapat kasih Tuhan biasanya mereka adalah orang-orang yang tahu berterimakasih dan mereka buktikan dalam berbagai tindak perbuatan.

Oh….si pemilih rumah, memberkati sekali….. Sudah tentu si empunya rumah juga orang yg punya hati pelayan, hati hamba , punya hati berbelas kasihan sehingga mengijinkan atap rumahnya dibongkar...... gak peduli rusak.. toh bisa nanti rameprame memperbaiki atap itu. sehingga semuanya mendapatkan pertolongan dan berkat krn kuasa Tuhan...... Tapi lain cerita kalo si empunya rumah orang bebal, dengan tetangga gak akur, sombong, gak suka rumahnya kotor oleh kedatangan orangporang yang gak jelas statusnya, karena bukan para pejabat,....kemungkinan dia berkata:...Wah...ini bukan untuk umum, nanti untuk umum ada harinya , bukan disini !!.... Langsung tutup pagar rumah dan anjingnya menggongong galak..boro-boro ijinkan bongkar atap.....Nas ini membuka mata hati kita agar dalam melayani sesama jangan terlalu hitung-hitungan, karena berkat akan datang berlimpah samapi ke anak cucu kita pada saat kita suka berbagi baik berupa tenaga, hati, pikiran ataupun materi….

Satu hal saja dari inspirasi dalam nas ini, khususnya dari sang pemilik rumah yang murah hati ini….Dia perduli kepada sesama. Dia memberi jalan untuk kemudahan, bukan mempersulit orang. Dia turut ambil bagian untuk menciptakan damai sejahtera dan kemajuan, bukan menjadi batu sandungan. Dan memang, banyak juga orang Kristen yang mafan, punya kemampuan atau jabatan. Bahkan terlibat sebagai pengurus di kemajelisan. Hanya sayang bukan membawa kemajuan. Tapi malah jadi batu sandungan. Penghambat kemajuan. Kenapa hal yang demikian bisa terjadi? Yang pasti, mereka tidak pernah merasa pertolongan Tuhan seperti yang dialami mertua Petrus si pemilik rumah yang dermawan. Karena memang, hanya orang-orang yang telah mengalami kasih, pengampunan, dan pertolongan Tuhan-lah yang mampu berbuat demian. Bagaimana dengan Anda dan Saya? Apakah telah menjadi saluran berkat Tuhan atau malah juga jadi batu sandungan?! Amin!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

CERDIK SEPERTI ULAR TULUS SEPERTI MERPATI

KUBURKAN MENTALITAS BERAGAMA ALA FARISI

RUT: TELADAN KESETIAAN