Postingan

Menampilkan postingan dari September, 2017

KUASA MEMINDAHKAN GUNUNG KEKUATIRAN

Gambar
1 Yohanes 5:13-21 Mungkin banyak di antara kita yang kuatir tentang banyak hal dalam kehidupan ini. Kuawatir karena merasa imannya terlalu kecil. Tapi sadarkah kita bahwa betapa pun kecil dan sedikitnya iman kita menurut pandangan kita sendiri, sebenarnya Allah memberikan kuasa yang sangat besar kepada kita? Sebagai anak-anak yang percaya, kita harus yakin bahwa Allah akan menyelamatkan kita. Yang perlu kita lakukan sekarang adalah datang kepada Allah, mengakui dosa itu, menyesalinya dan menerima janji pengampunan Allah. “Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan” (1 Yohanes 1:9). Kecuali bagi manusia-manusia para “penghujat Roh Kudus” tentu dosanya tidak akan diampuni, demikian ditegaskan oleh Firman Tuhan sendiri. “Menghujat Roh Kudus”… dosanya tidak akan diampuni! Dosa macam apa itu? “Menghujat Roh Kudus” atau “dosa yang tak dapat diampuni” disebutkan dalam Markus 3:22

TIADA TEMPAT BAGI KERAGUAN!

Gambar
TIADA TEMPAT BAGI KERAGUAN! Mazmur 119:129-136 Pada bulan Agustus 1973, Samantha White dari Steilacoon, Washington, seorang gadis berumur 8 tahun telah berhasil mendaki puncak gunung Kilimanjaro pada ketinggian 19.340 kaki. Dia dianggap orang termuda yang pernah mendaki puncak pegunungan tertinggi di Afrika itu. Dalam pendakian itu, ayahnya telah gagal sampai pada ketingg ian 18.640 kaki dan diserang sakit penyakit. Sebenarnya ada banyak pendaki ulung yang jauh lebih berpengalaman dari pada gadis berumur 8 tahun itu. Namun gadis itu telah membuat kejutan bagi para pendaki kawakan. Kenapa dalam kenyataannya banyak anak-anak Tuhan kalah dalam aneka pergumulan? Tidak sedikit yang stress, kecewa, dan putus asa seperti tak memiliki pengharqapan? Jawabnya tentu, karena ia tidak memiliki dasar kekuatan untuk melawan dan memenangkannya. Karena ia tidak mendasarkan hidupnya pada kedalaman Firman Tuhan. Ya, doa-doa hanya sekedar penyampaian unek-unek dalam kekecewaan pada Tuhan, untuk m

KUBURKAN MENTALITAS BERAGAMA ALA FARISI

Gambar
Matius 20:1-16 Di suatu jemaat adalah seorang Bapak yang sudah cukup tua, yang sejak masa mudanya terkenal sangat rajin beribadah. Jarang alpa beribadah. Biasanya ia datang lebih cepat dari yang lain bila ibadah pada hari minggu ke Gereja, dan duduk paling depan. Pada suatu Ibadah perayaan Natal tahun itu, Panitia mengadakan acara tambahan semacam acara u nik, memberikan hadiah kepada warga jemaat yang dianggap memenuhi kriteria seperti yang disepakati oleh Panitia. Bertepatan pada tahun itu secara diam-diam panitia sepakat akan memberikan hadiah berupa lencana kepada warga Jemaat yang dianggap paling rajin beribadah sepanjang tahun itu dari januari hingga Desember. Acara demi acara telah berlangsung. Dan tibalah acara kejutan yang tak diduga-duga oleh warga Jemaat. Sang pembawa acara meminta ijin sebentar sebelum acara perayaan ditutup: "Saudara-saudara, sebelum kita menutup acara ini, kami dari Panitia meminta waktu sebentar untuk mengumumkan pemenang yang akan menerima lencan

GEREJA: MUTU ROMBENG HARGA SELANGIT?!

Gambar
Filipi 4:2-9 Saya tidak tahu andai kata suatu saat anda ditawarkan sebuah barang dengan mutu rombeng tapi dengan harga yang selangit. Harga sama, bahkan lebih mahal dari barang berkualitas. Anda berminat? Oh…oh…oh…! Bukankah yang rasional pada umumnya bahwa yang rombeng, barang bekas, lebih murah dari yang berkualitas? Bukankah wajar bila yang berkualitas lebih mahal dari yang rombeng? Dapatkah anda bayangkan bila orang berkelas, koq memakai baran rombeng? Gengsi dong? Di sisi lain, demikian pun para penjaja barang, tentu bersaing untuk menampilkan barang-barang terabik mereka dengan tujuan agar nilai jual melambung tinggi! Itu wajar semata! Dengan mutu berkualitas si pembeli pun merasa puas, berapa pun harganya akan dibayar walau isi dompet habis terkuras! Oh, saudara…. Bukan hanya di dunia bisnis, tetapi hampir di berbagai aktivitas kehidupan prisif ini berlaku. Lihat saja di sekolah-sekolah, bukankan para murid yang akan diterima harus memenuhi standar tertentu? Bukankan itu juga

BAGAI DOMBA DI TENGAH SERIGALA

Gambar
Matius 10:16-33 Menjadi pengikut Kristus bukanlah suatu perkara gampang. Yesus sendiri mengatakan: “Lihat, Aku mengutus kamu seperti domba ke tengah-tengah serigala…” Ujian seringkali mewarnai perjalanan hidup kita dengan berbagai bentuk. Bisa jadi lewat godaan dunia yang membuat kita berkompromi dengan dosa. Atau bisa juga dengan memaksa kita untuk memilih tetap s etia kepada Tuhan, tetapi dengan konsekuensi dikucilkan. Di jaman yang penuh dengan kepura-puraan ini, jika tidak pintar dan cerdik, maka kita akan mudah menjadi korban. Menjadi korban kepalsuan! Ya, menjadi korban intrik-intrik busuk berbagai bentuk penipuan, intimidasi, sumpah palsu dari berbagai macam janji gombal, hingga korban kekerasan. Tidak tanggung-tanggung, nyawa pun menjadi taruhan! Motif-motif busuk mengatasnamakan kebaikan, demi rakyat, demi negara, demi ini dan itu, bahkan malah mengatasnakan demi membela kebenaran agama dengan sangat mudah dijumpai. Seakan lebih gampang ditemui daripada pisang goreng. Sedang

CERDIK SEPERTI ULAR TULUS SEPERTI MERPATI

Gambar
Matius 10:16-33 Cerdik (wise= bijaksana) seperti ular dan tulus (innocence) seperti merpati… adalah peribahasa agar kita berhati- hati, dengan tenang dan bijaksana, namun tidak membahayakan. Polos, dan tulus di dalam bertindak ketika berhubungan dengan orang lain. Ayat ini tidak bermaksud  agar kita meniru setan. Sebab ‘cerdik/ bijaksana seperti ular dan tulus seperti merpati’ (be wise as serpents and innocent as doves) merupakan sebuah peribahasa, yang mengacu kepada sifat- sifat positif yang dapat disimbolkan oleh kedua binatang tersebut. Kedua sifat ini harus menjadi satu, tidak boleh berdiri sendiri-sendiri. Karena kalau kita hanya cerdik tapi tidak tulus itu namanya licik, dan kalau kita hanya tulus tapi tidak cerdik itu namanya kekonyolan! Di jaman yang penuh dengan kepura-puraan ini, jika tidak pintar dan cerdik, maka kita akan mudah menjadi korban. Menjadi korban kepalsuan! Ya, menjadi korban intrik-intrik busuk berbagai bentuk penipuan, intimidasi, sumpah palsu dari berbagai

AWAS PENYESATAN!

Gambar
Lukas 17:1-6 Nas ini berisi nasihat Tuhan Yesus kepada para murid, khususnya masalah “penyesatan”. Istilah "penyesatan" dalam bahasa Ibrani adalah “skandalon” yang berarti "jerat”, “perangkap" atau "batu sandungan". Apa saja bentuk penyesatan yang perlu diwaspadai? Salah satunya adalah pengajaran sesat yang membuat orang menyimpang dari kebenaran A llah, atau perilaku yang membuat orang yang lemah imannya jatuh ke dalam dosa. Apa lagi contoh lainnya? Bagaimana misalnya bila membiarkan orang lain tersesat, padahal ia tahu tapi tidak mengingatkan saudaranya yang sedang tersesat? Apakah ini juga termasuk penyesatan? Nah…nah…nah… bukankah hal seperti ini yang justru sering terjadi dalam realita kehidupan? Mungkin Anda berkata, kan bukan saya yang membuat jerat, atau perangkap sehingga menjadikan dia tersesat? Kan dia sendiri yang memilih jalannya tesesat? Nanti kalau diingatkan entar dia tersinggung segala macam? Kan dari pada repot-repot mengurus urusan ora

MEMBANGUN KEPERCAYAAN

Gambar
(II Korintus 8:16-24) Mencari orang yang benar-benar dapat dipercaya seperti dalam situasi kita saat ini memang amat sulit. Apalagi bila itu berhubungan dengan yang namanya keuangan. Bak pepatah “titip omong bisa lebih, titip uang bisa kurang.” Betapa tidak, sebab bukankah kenyataannya dalam hidup keseharian sekitar memperlihatkan kepada kita korupsi terjadi dimana-mana? Bukan saja dalam kehidupan sosial di masyarakat, tapi malah hal yang demikian terkadang dapat juga melanda kehidupan gereja. Katanya minta bantuan dana untuk penimbunan perluasan halaman parkir gereja. Setelah dana terkumpul bantuan dari para donator, dari warga jemaat sana sini? Eh malah dana yang ada raib tak jelas rimbanya. Bahkan warga jemaatnya sendiri rame-rame pinjam dana tak pernah dikembalikan. Rasul Paulus punya niat yang tulus untuk membangun jemaat. Terutama untuk membantu Jemaat Yerusalem yang berkekurangan. Dia mempunyai semacam proyek besar dalam pengumpulan dana tersebut. Namun Paulus tak mau b

JANGAN BERKECIL HATI WALAU DIREMEHKAN

Gambar
II Korintus 10:1-11 Barangkali saudara punya pengalaman diremehkan orang lain. Diremehkan karena berbagai alasan. Bisa jadi karena dianggap tidak punya kemampuan untuk melakukan sesuatu. Kurang ini, kurang itu. Karena begini, karena begitu. Bisa jadi diremehkan justru sebenarnya karena dianggap saingan. Atau sikap balas dendam karena ada rasa ketersinggungan. Merasa kehilangan harga diri karena dikoreksi. Maka salah satu cara yang dianggap mudah dilakukan adalah balik membalas dengan cara mencari apa kekurangannya untuk dilecehkan. Saudara, itulah dunia nyata kita. Manusia lebih cenderung suka mencari kesalahan sesamanya yang dalam kesempatan tertentu dapat digunakan sebagai senjata untuk menjatuhkannya. Demikian pun yang dialami oleh Rasul Paulus. Dia diremehkan oleh kelompok-kelompok tertentu di Jemaat Korintus. Itu terjadi karena ulah para pengajar rohani abal-abal yang ada di Korintus. Cari muka dengan menampilkan kehebatan mereka. Baik dalam cara pelayanan, pendekatan mer

RAHASIA KESELAMATAN DIBALIK SATU DINAR

Gambar
Matius 20:1-16 Di Israel, pada bulan September hingga Oktober setiap tahun biasanya adalah musim panen anggur. Pada musim seperti ini tentu saja bagi para orang kecil (para buruh) ada secercah harapan untuk menyambung hidup mendapatkan sekerat roti. Biasanya mereka duduk di pasar mengharapkan iba para majikan sekiranya memilih mereka untuk dipekerjakan di ladang anggur para majikan tersebut. Mereka duduk di pasar bisa jadi dalam waktu yang tidak menentu. Bisa jadi dalam waktu yang cukup lama. Terik menyengat semakin memperjelas bau amis keringat sambil harap-harap cemas. Bahkan tidak jarang mereka pulang dengan tangan hampa karena tidak ada majikan yang memilih mereka untuk memberikan pekerjaan. Layaknya orang kehausan menantikan setitik air penyejuk jiwa yang datang demikianlah hati penuh harap para buruh yang ada. Tentulah rasa syukur tiada tara bila ada sang majikan yang memilih untuk memberikan pekerjaan. Itu artinya masih ada harapan tanda-tanda kehidupan. Para isteri mer