Postingan

Menampilkan postingan dari 2013

PINTAR TONTANG HARATI

Gambar
Amsal 1:1-7 “Pintar Tontang Harati” adalah suatu istilah dalam bahasa Dayak Ngaju untuk mengungkapkan kediriaan seorang manusia pada tingkat kualitas tertentu. Bila diterjemahkan, artinya kurang lebih demikian, “Cerdas dan Berhikmat”. Pintar tontang harati memang yang didambakan. Karena hanya manusia yang pintar dan haratilah yang mampu menjalankan hidup dengan baik. Ya, pintar dan harati. Kedua-duanya, itulah keutuhan hidup manusia. Tidak cukup hanya pintar, tetapi juga harati. Pintar yang tanpa harati belumlah menjadi kepintaran yang sesungguhnya. Demikian pun, harati belumlah menjadi harati yang sesungguhnya bila tanpa dilengkapi kepintaran. Pintar tanpa harati maka biasanya menjadi kepintaran yang tak terkendali. Sedangkan harati tanpa ditunjang kecerdasan biasanya juga menjadi harati yang polos, lugu, dungu, sasaran pembodohan! (ay.1-2) “Pintar Tontang Harati” oh, saudara….. tentu semua kita mendambakannya. Hanya sayangnya, masa kini kita banyak menjumpai

MERAGUKAN JANJI ALLAH ADALAH KEBODOHAN

Gambar
Zepanya 3:9-20 “Lidah memang tak bertulang, tak terbatas kata-kata. Tinggi gunung seribu janji, lain di bibir, lain di hati...” itulah bunyi penggalan syair indah sebuah lagu   yang cukup populer di tahun 70-an. Lagu itu hendak bertutur soal janji yang sering tidak ditepati oleh seseorang kepada kekasihnya. Sering menimbulkan kecewa, luka di hati akibat janji yang tak ditepati. Ya, itulah yang sering terjadi bila manusia yang berjanji. Hari ini menyatakan cinta, besok atau lusa jadi lupa. Hari ini ucapkan sayang, besok atau lusa bagai “habis manis sepah dibuang”. Banyak kisah peristiwa dalam hidup ini yang meninggalkan cerita lara dan air mata menyesak dada karena ulah janji-janji anak manusia di muka bumi. Dalam pengalaman nyata, tidak kurang itu juga bisa terjadi antar saudara, teman akrab, teman bisnis, seorang kekasih, seorang yang hendak mencalonkan diri jadi pemimpin. Penipuan sering terjadi juga karena dibumbui janji-janji. Ada juga orang yang tertipu mengharapkan

ANTARA APA YANG DIDENGAR DAN APA YANG DILIHAT

Gambar
Filipi 4:2-9 Saya tidak tahu andai kata suatu saat anda ditawarkan sebuah barang dengan mutu rombeng tapi dengan harga yang selangit. Harga sama, bahkan lebih mahal dari barang berkualitas. Anda berminat? Oh…oh…oh…! Bukankah yang rasional pada umumnya bahwa yang rombeng, barang bekas, lebih murah dari yang berkualitas? Bukankah wajar bila yang berkualitas lebih mahal dari yang rombeng? Dapatkah anda bayangkan bila orang berkelas, koq memakai baran rombeng? Gengsi dong? Di sisi lain, demikian pun para penjaja barang, tentu bersaing untuk menampilkan barang-barang terabik mereka dengan tujuan agar nilai jual melambung tinggi! Itu wajar semata! Dengan mutu berkualitas si pembeli pun merasa puas, berapa pun harganya akan dibayar walau isi dompet habis terkuras! Oh, saudara…. Bukan hanya di dunia bisnis, tetapi hampir di berbagai aktivitas kehidupan prisif ini berlaku. Lihat saja di sekolah-sekolah, bukankan para murid yang akan diterima harus memenuhi standar

JANGAN GAMPANG MENYERAH

Gambar
Matius 15:21-28 Melalui nas ini kita dihadapkan dengan kontras tentang dua macam orang yang katanya beriman tetapi memiliki respon yang berbeda. Di satu sisi, orang Farisi, seorang pemimpin agama namun beriman palsu, sedang di sisi lain ada seorang perempuan kafir dari Kanaan, kaum marginal yang direndahkan tetapi beriman sejati dan ia mendapat pujian dari Tuhan Yesus. Injil Matius mencatat kisahnya yang menarik,  tentang semangat imannya yang  pantang menyerah. Seorang wanita Kanaan memiliki anak perempuan yang kerasukan setan. Wanita ini tak memiliki harapan lagi bagi anaknya. Sampai ia mendengar Yesus berada di daerahnya. Wanita ini mendatangi Yesus dengan membawa masalahnya karena ia percaya Dia dapat menolongnya. Ia berseru kepada-Nya walaupun tampaknya segala hal dan semua orang menentangnya. Ras, latar belakang agama, gender, para murid, setan, dan sepertinya Yesus pun demikian (ay. 22-27). Ia menghadapi banyak rintangan, tetapi ia tidak menyerah. Ia gigih

KEBAHAGIAAN ORANG YANG MURAH HATINYA

Gambar
Rut 4:18-22 Kemurahan hati adalah salah satu sifat seorang Rut. Kemurahan hatinya kepada mertuanya menjadi berkat baginya. Tuhan memberikan berkat kepada Rut melalui  kemurahan hati Boaz. Boaz memperbolehkan Rut untuk tetap memungut jelai di ladangnya. Boaz bahkan memerintahkan para pekerja lelakinya untuk tidak mengganggu dia (Rut 2 : 9). Bahkan Boaz memerintahkan para pegawainya untuk dengan sengaja menjatuhkan berkas-berkas jelai supaya dipungut oleh Rut (Rut 2 : 16). Rut bahkan boleh ikut makan roti bersama-sama dengan para pekerja Boaz dan minum dari tempayan-tempayan yang disediakan untuk para pekerjanya (Rut 2 : 14). Ketika Rut menikmati kebaikan hati Boaz yang mengundang dia untuk makan bersama dengan para pegawainya, Rut teringat kepada mertuanya di rumah, sehingga ketika ia sudah makan dengan kenyang ia menyisihkan kelebihan makanan yang telah ia nikmati untuk ia berikan kepada mertuanya. Rut senang berbagi dengan orang lain yang berkekurangan. Ia tidak

PEMELIHARAAN ALLAH ATAS UMATNYA

Gambar
Rut 4:1-7 Saudara, melalui nas ini kita seolah-olah dibawa untuk melihat drama empat babak sesuai  dengan pembagian pasal. Melalui lika-liku kehidupan setiap tokoh dalam kitab Rut yang digambarkan melalui gaya sastra yang menarik, menyaksikan kepada kita supaya semakin yakin bahwa Allah pasti memelihara umat-Nya, walaupun cara yang dipakai Allah tidak selalu mudah untuk kita mengerti. Daya tarik kitab ini terletak pada budaya Israel yang kental mengenai perkawinan levirat, seorang penebus (terjemahan dari kata Ibrani go’el), serta cerita dengan latar kehidupan di pedesaan. Isi kitab yang tergolong singkat untuk sebuah kisah sejarah membuat kitab ini tidak membosankan. Kebaikan hati Rut dan kesetiaannya kepada mertuanya Naomi dan kepada Allah Israel rupanya diketahui oleh orang-orang sehingga kesaksian yang baik itu sampai ke telinga Boaz. (Rut 2 : 11). Ini juga adalah pengaturan Allah. Kesaksian Rut ini membuat Boaz sangat terkesan. Kemurahan hatinya kepada mertua

TUHAN ADA DI BALIK PERISTIWA KEHIDUPAN KITA

Gambar
Rut 3:1-18 Kisah ini harus dimengerti dari sudut pandang Hukum Taurat yang berlaku bagi umat      Tuhan pada masa itu. Melalui Hukum Taurat, Tuhan mengatur perlindungan bagi umat-Nya yang ditimpa kemalangan (Bdk. Im. 25 ). M isalnya, akibat panen gagal, seseorang harus berhutang menjual tanah atau bahkan diri sebagai budak. Keluarga terdekat berkewajiban menebusnya, agar kehidupannya dapat dilangsungkan. Rut memohon Boas “mengembangkan sayap” untuk melindungi keluarga mertuanya, Elimelekh dari kehancuran total (ayat 9 ). Dulu Elimelekh mungkin menggadaikan tanah dan ladangnya untuk lari ke Moab. Kini Rut dan Naomi janda-janda dari keluarga Elimelekh, tidak memiliki apa-apa kecuali bersandar penuh pada Tuhan, lewat belas kasih sanak keluarga yang diberkati. Naomi, seorang ibu mertua yang bijak, mengasihi, memikirkan; bukan saja nasibnya sendiri untuk mendapatkan penerus keluarganya yang telah tiada, tetapi memperhatikan kebahagiaan Rut. Boas, bukan hanya prihatin

BAGAIMANA ALLAH MENGUBAH NASIB SESEORANG?

Gambar
Rut 2:1-3 Bagaimana Allah mengubah ‘nasib’ seseorang? Kita dapat mempelajarinya dari kisah kehidupan Rut. Ini bukan kisah Cinderella, ini kisah nyata! Anda dapat diberkati seperti Rut. Kitab Rut menceritakan tentang orang-orang biasa yang menghadapi masalah kehidupan yang biasa dijumpai dalam kehidupan sehari-hari, misalnya pindah rumah demi mencari penghidupan yang lebih baik, penderitaan karena kehilangan orang yang dikasihi, perpisahan, keputusan untuk setia pada pihak tertentu, percintaan, pernikahan, serta membentuk keluarga baru. Semua masalah di atas biasa dialami oleh hampir semua manusia di dunia. Akan tetapi, justru dalam masalah-masalah biasa itulah pesan pro-vidensia (pemeliharaan) Allah sangat nyata dan tersirat secara jelas dalam seluruh kisah dalam kitab Rut ini. Oleh karena itu, “pemeliharaan Allah” merupakan tema utama kitab ini. Pemeliharaan Allah dinyatakan mulai dari hal-hal biasa yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari manusia, dan hal itu ma

RUT: TELADAN KESETIAAN

Gambar
Rut 1:1-22 Kisah Rut merupakan salah satu kisah klasik yang disukai banyak orang karena begitu mempesona dan penuturannya begitu agung. Apalagi kalau mengetahui situasi yang menjadi latar sejarah kisah tersebut, tidak dapat tidak kita akan mengagumi Tuhan, Allah Israel yang penuh dengan anugerah, belas kasih dan pemeliharaan atas umat-Nya yang tak layak menerima semuanya itu. Peristiwa ini terjadi pada periode yang disebut oleh banyak penafsir PL sebagai masa kekelaman. Masa itu adalah zaman hakim-hakim (1:1). Masa yang ditandai dengan jatuh bangunnya umat Israel dari kesetiaan mereka terhadap Tuhan dan perjanjian Sinai-Nya. Berulang kali umat Israel berzina rohani dengan menyembah dewa-dewi Kanaan yang menyakiti hati Tuhan. Tuhan menghukum mereka melalui penjajahan, penjarahan, dan penindasan bangsa-bangsa sekitar mereka. Kisah Rut tampil bagaikan bunga yang tumbuh mekar di tengah padang gurun yang gersang. Kisah itu sendiri dilihat dari progresnya juga, bagaikan

MEMUJI KEBESARAN ALLAH

Gambar
Keluaran 15:1-21 Saudara, Isaac Watt, pernah berkata bahwa: “orang yang menolak memuji Tuhan, berarti dia tidak pernah mengenal Allah.” Peristiwa keluarnya bangsa Israel dari Mesir adalah hal spektakuler yang tak pernah terbayangkan oleh bangsa Israel sendiri. Setelah melewati  sebuah situasi yang sangat dramatis Musa mengajak orang Israel untuk bersyukur kepada Allah lewat sebuah pujian. Melalui nyanyian ini menggambarkan dengan jelas keterpesonaan umat menyaksikan pertolongan Tuhan dalam perjalanan mereka. Tuhan membuat jalan tatkala tak ada jalan. Hati mereka penuh dengan ketakjuban dan sukacita. Mereka menyanyikan nyanyian pujian yang mengagungkan perbuatan Allah. Allah menjadi sumber kekuatan,     mazmur, dan keselamatan bagi bangsa Israel. Allah juga menjadi pahlawan perang. Dalam pasal ini, lima kali disebutkan tentang “tangan-Mu” atau “tangan kanan-Mu” (6, 12, 16, 17), yaitu tangan Allah yang melepaskan Israel (Bandingkan dengan Mazmur 106:26; 118:15-16).

BELAJAR MENGHARGAI HAK ORANG LAIN

Gambar
Imamat 25:1-22 Ada dua Hari Raya besar yang disebutkan dalam nas ini, pertama adalah Hari Raya Yobel, dan kedua adalah Tahun Sabat. Hari raya Yobel atau yang dinamakan juga “Tahun Pem bebasan”, “Tahun Rahmat Tuhan” diadakan setiap lima puluh tahun, berawal sejak hari raya Pendamaian (Im. 25:8, 9, 10). Ini merupakan tahun kudus. Tiga ciri khas menandai Tahun Yobel (sebuah tahun yang tiba setiap 50 tahun). Semua budak Israel harus dibebaskan. Semua harta warisan yang dijual harus dikembalikan kepada keluarga yang semula. Tanah tidak boleh digarap.   Sedangkan Tahun Sabat? Setiap tujuh tahun bangsa Yahudi merayakanTahun Sabat. Pada tahun itu semua pekerja di ladang berhenti bekerja, hasil bumi menjadi milik umum, hutang dihapus, semua orang Ibrani yang menjadi hamba dibebaskan (Kel. 21:3; 23:11; Im. 25:2, 4, 5; Ul. 15:1-3). Pengabaian hari raya ini oleh bangsa Yahudi memiliki konsekuensi, pembuangan bangsa ini selama tujuh puluh tahun merupakan hukuman atas kelalaian melaksanakan

CARI BERKAT “YES”! CARI NAMA “NO”!

Gambar
II Samuel 12:26-31 Saudara, rasa-rasanya, hampir tidak ada  manusia di dunia ini (kalau mau jujur), yang tidak menginginkan nama baik. Mana ada orang yang mau nama baiknya dicemari oleh orang lain.  Martabatnya direndahkan atau dilecehkan orang lain. Sebab, bukankah pada umumnya, rata-rata orang mati-matian mencari dan mempertahankannya? Boleh jadi Anda menolak ketika ada orang  berkata kepada Anda: “bapak hebat” atau “ibu hebat”! Tapi (kalau mau jujur), bukankah semacam ada sesuatu yang nyaman menggelitik di dalam dada? Benar begitu saudara? (silahkan menjawab dalam hati masing-masing)! Tetapi bagaimana jika misalnya terjadi yang sebaliknya? Siapa kira-kira di antara kita yang mau terima begitu saja misalnya Anda dikatakan tidak jujur, tidak setia, tidak becus, tidak konsisten, dan ribuan kata tidak lainnya?  Padahal Anda tidak merasa seperti apa yang orang katakan? Apa Anda mau terima begitu saja? Bukankah bila itu yang terjadi, tidak jarang protes pembelaan d

HATI YANG TELAH DIPERSEMBAHKAN KEPADA ALLAH

Gambar
II Korintus 8:1-15 Jemaat-jemaat di Makedonia adalah Jemaat yang luar biasa.   Walau mereka sendiri tengah dibelit berbagai persoalan dan didera kemiskinan. Namun, hal itu tidak menumpulkan kemurahan hati mereka. Sebaliknya, mereka dengan penuh sukacita dan sukarela memberikan bantuan melampaui kemampuan mereka. Kedermawanan mereka ini sangat menyentuh Paulus, sehingga ia menggunakannya untuk menggugah jemaat Korintus agar meneladani sikap tersebut. Jemaat di Korintus selalu mendukung pelayanan Paulus karena pertama-tama mereka telah memberikan diri mereka kepada Tuhan.  Melalui nas ini Rasul Paulus menantang jemaat di Korintus dengan menceritakan kepada mereka tentang orang-orang percaya di Makedonia yang "sangat miskin" namun memberi "melampaui kemampuan mereka," yakni "memberikan diri mereka, pertama-tama kepada Allah" (2Korintus 8:2-5). Ia mengingatkan para pembaca suratnya akan Juruselamat mereka, Tuhan Yesus, yang mampu mengubah kemiskin

KUASA UCAPAN

Gambar
  Amsal 16:24-33   Pollius Romillius, anggota senat Kekaisaran Roma pada zaman Julius Caesar yang berusia paling tua, saat merayakan hari jadinya yang ke-100 ditanya oleh kaisar tentang resep awet muda yang membuatnya selalu segar-bugar. Jawabannya, “Saya selalu makan makanan yang dicampur madu dan menghindari makanan yang mengandung minyak.” Juga, Aristoteles (Bapak Natural Science) menyatakan bahwa madu dapat mempertinggi kesehatan manusia dan memperpanjang umur. Saudara, Sejak awal sejarah manusia, begitu menghargai “madu” sebagai sumber makanan alami yang mengagumkan. Bahkan beberapa ayat dalam Alkitab sendiri berbicara tentang madu sebagai kiasan utuk mengungkapkan hal-hal yang berharga, menarik, dan menyenangkan. Buktikan saja apa yang diungkapkan dalam nas ini untuk menggambarkan tentang betapa berharganya ucapan atau perkataan yang menyenangkan: “Perkataan yang menyenangkan adalah seperti sarang MADU, manis bagi hati dan obat bagi tulang-tulang.” (ay.24). Dalam nas