JANGAN GAMPANG MENYERAH



Matius 15:21-28

Melalui nas ini kita dihadapkan dengan kontras tentang dua macam orang yang katanya beriman tetapi memiliki respon yang berbeda. Di satu sisi, orang Farisi, seorang pemimpin agama namun beriman palsu, sedang di sisi lain ada seorang perempuan kafir dari Kanaan, kaum marginal yang direndahkan tetapi beriman sejati dan ia mendapat pujian dari Tuhan Yesus. Injil Matius mencatat kisahnya yang menarik,  tentang semangat imannya yang  pantang menyerah. Seorang wanita Kanaan memiliki anak perempuan yang kerasukan setan. Wanita ini tak memiliki harapan lagi bagi anaknya. Sampai ia mendengar Yesus berada di daerahnya.

Wanita ini mendatangi Yesus dengan membawa masalahnya karena ia percaya Dia dapat menolongnya. Ia berseru kepada-Nya walaupun tampaknya segala hal dan semua orang menentangnya. Ras, latar belakang agama, gender, para murid, setan, dan sepertinya Yesus pun demikian (ay. 22-27). Ia menghadapi banyak rintangan, tetapi ia tidak menyerah. Ia gigih merangsek maju menerjang gelapnya lorong kesulitan, keinginan yang mustahil, dan penolakan. Hasilnya? Yesus menghargai iman wanita itu dan menyembuhkan anak perempuannya (ayat 28). Perempuan ini datang kepada Tuhan Yesus dan menyembah; semakin dihina ia justru semakin merendah di hadapan Tuhan. Dia kembali memohon belas pengasihan Tuhan. Penghinaan itu belumlah cukup, kembali Tuhan mengeluarkan suatu kalimat yang bagi dunia sangatlah menyakitkan: “Tidak patut mengambil roti yang disediakan bagi anak-anak dan melemparkannya kepada anjing.“

Bagi dunia, istilah anjing ini pastilah sangatlah menyakitkan. Dan kalau kita yang berada di posisi perempuan tersebut masih bisakah kita beriman? Manusia harusnya sadar, inilah iman sejati. Kalau orang mau sombong, merasa diri hebat maka itulah titik kehancurannya. Tuhan Yesus menuntut hati yang hancur dan remuk di hadapan Tuhan. Kita melihat bagaimana reaksi perempuan ini, ia tidak protes atau meminta penjelasan pada Tuhan Yesus kenapa Tuhan mengatai   dirinya sebagai anjing? Tidak! Bahkan dalam bagian ini, ia membenarkan pernyataan Tuhan Yesus: “Benar Tuhan, namun anjing itu makan remah-remah yang jatuh dari meja tuannya.“ Sungguh   sangatlah mengharukan dan luar biasa iman perempuan ini, ia menurunkan posisinya di tempat yang paling rendah, ia tidak protes bahkan ia menyamakan dirinya seperti anjing. Oh, luar biasa…..

Saudara, sadarkah kita bahwa sebenarnya kita juga hanyalah manusia rendah dan hina? Sadarkah kita bahwa kita bukanlah siapa-siapa? Bahwa sebenarnya kita hanyalah manusia hina? Ya, sebenarnya kita hanyalah sampah, kita tidak lebih seperti layaknya anjing karena itu, kita membutuhkan Tuhan Yesus untuk mengampuni dosa kita. Namun kita pun telah diundang oleh kasih-Nya untuk menghampiri Yesus dengan semangat pantang menyerah. Apabila kita senantiasa meminta, mencari, dan mengetuk, yakinlah bahwa kita akan menemukan kasih karunia dan belas kasihan saat kita memerlukannya. Berdoalah dan jangan gampang menyerah. Bergumullah sampai menang. Ya, berdoalah senantiasa. Hari ini, apakah Tuhan menjumpai iman sejati pada kita? Saudara, entah berapa banyak orang yang mengaku beriman Kristen tetapi iman yang mereka miliki tidak lebih hanya iman palsu belaka. Bagaimana dengan sikap hidup kita? Amin!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

CERDIK SEPERTI ULAR TULUS SEPERTI MERPATI

KUBURKAN MENTALITAS BERAGAMA ALA FARISI

RUT: TELADAN KESETIAAN