BELAJAR MENGHARGAI HAK ORANG LAIN



Imamat 25:1-22

Ada dua Hari Raya besar yang disebutkan dalam nas ini, pertama adalah Hari Raya Yobel, dan kedua adalah Tahun Sabat. Hari raya Yobel atau yang dinamakan juga “Tahun Pembebasan”, “Tahun Rahmat Tuhan” diadakan setiap lima puluh tahun, berawal sejak hari raya Pendamaian (Im. 25:8, 9, 10). Ini merupakan tahun kudus. Tiga ciri khas menandai Tahun Yobel (sebuah tahun yang tiba setiap 50 tahun). Semua budak Israel harus dibebaskan. Semua harta warisan yang dijual harus dikembalikan kepada keluarga yang semula. Tanah tidak boleh digarap. 

Sedangkan Tahun Sabat? Setiap tujuh tahun bangsa Yahudi merayakanTahun Sabat. Pada tahun itu semua pekerja di ladang berhenti bekerja, hasil bumi menjadi milik umum, hutang dihapus, semua orang Ibrani yang menjadi hamba dibebaskan (Kel. 21:3; 23:11; Im. 25:2, 4, 5; Ul. 15:1-3). Pengabaian hari raya ini oleh bangsa Yahudi memiliki konsekuensi, pembuangan bangsa ini selama tujuh puluh tahun merupakan hukuman atas kelalaian melaksanakan peraturan ini. Apa makna kedua Hari Raya besar tersebut?

Tuntunan-tuntunan yang diberikan di dalam kitab Imamat menunjukkan bahwa bangsa Israel harus berjalan di depan Allah. Melalui dua perayaan Hari besar dalam kitab Imamat ini mengajarkan Israel perduli terhadap sesama dan menjaga kelestarian alam lingkungan. Kalau kita perhatikan peringatan Tuhan terhadap bangsa Israel di zaman dahulu seperti yang kita baca dari ayat firman Tuhan ini, maka ternyata sejak zaman dahulu, manusia sering meruikan sesamanya dan sampai sekarang pun sikap yang kurang terpuji ini masih diwarisi oleh orang-orang yang hidup di zaman modern ini. 

Yang kaya memperdaya yang miskin, yang kuat menindas yang lemah, keadilan hanya bagi yang kuat dan hukum dipakai untuk memenangkan yang kaya. Bagi orang yang menamakan dirinya Kristen, jangan bangga dulu dengan ke-Kristenannya bila hidupnya tidak menunjukkan sifat Kristus, dan hidup tidak beda dengan hidup mereka yang tidak kenal Tuhan. Bahkan tidak sedikit orang dunia, orang yang tidak mengenal Tuhan, justru lebih banyak berbelas kasihan daripada orang Kristen. Tuhan berfirman: "Apabila kamu menjual sesuatu kepada sesamamu atau membeli dari padanya, janganlah kamu merugikan satu sama lain." (Imamat 25:14). Tuhan tahu benar sifat manusia terlebih di zaman ini, dimana manusia memiliki sifat egois yang tinggi, apapun ditempuhnya untuk mendapat yang diingini hatinya walaupun apa yang dilakukan itu bertentangan dengan finnan Tuhan dan merugikan orang lain.

Keperdulian Allah atas orang miskin dalam konstitusi Israel merupakan wujud nyata pemeliharaan dan pemerintahan Allah melalui perangkat "hukum" sebagai penyataan eksistensi-Nya untuk menuntun perlakuan orang-orang Israel atas orang miskin dan sekaligus terhadap alam lingkungan. Ketaatan dari bangsa Israel dalam memperlakukan orang miskin merupakan syarat mutlak yang akan mempengaruhi blessing atau curses yang akan diterima bangsa Israel dan juga umat percaya di masa ini. 

Bagaimana dengan kita? Memang sudah lazim (walaupun hal ini salah) bahwa orang kaya menekan orang miskin dalam perdagangan; ibu-ibu rumah tangga mempekerjakan para pembantunya semaksimal mungkin dan dengan upah serendah mungkin; bila mereka membeli misalnya sayur pada bakul-bakul kecil, menawar harga serendah mungkin, padahal keuntungan mereka sangat sedikit, dan bagi para bakul ini, uang sedikit ini sangat besar artinya. Jika ini terjadi dalam hidup orang Kristen, perlu dipertanyakan ke-Kristenannya, asli atau imitasi.

Allah ingin agar kita mengasihi setiap orang, namun semua ini tidak dapat kita lakukan tanpa berbuat nyata, bukan hanya mengucapkan saja. Kita dapat mengembangkan komunitas yang sehat dan kuat dan menikmati hasil-hasilnya hanya jika kita berusaha keras bergaul dengan baik satu sama lain, dengan saling bersikap luhur dan hormat, jika kita benar-benar hidup sesuai dengan kehendakNya. Suasana aman, tentram dan Damai Sejahtera dalam kehidupan ini sebenarnya sangat di dambakan dan di cari oleh manusia sampai akhir jaman. 

Tuhan menghendaki supaya kita mempergunakan sisa waktu yang ada untuk benar-benar menyempurnakan hidup kita di dalam Kristus (Kol 1:28). Tuhan mau supaya kita tidak menjadi orang Kristen yang sekedarnya (yang hanya menjalankan hidup kekristenannya sebatas kewajiban agama), tapi hendaklah berusaha selama hidup kita ini menjadi orang Kristen yang bukan cuma layak, tetapi juga harus berkenan kepada Tuhan dan sempurna. Bagaimana kita memandang Damai itu sehingga kita dapat merasakan damai yang sejati....? Belajarlah menghormati hak orang lain. Jagalah kelestarian alam lingkungan. Amin!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

CERDIK SEPERTI ULAR TULUS SEPERTI MERPATI

KUBURKAN MENTALITAS BERAGAMA ALA FARISI

RUT: TELADAN KESETIAAN