BILA KETAMAKAN MERAJAJELA




Lukas 12:13-21

Pada dasaranya manusia sudah dari sononya memiliki karakter ketamakan, seperti kata Firman Tuhan: “Siapa mencintai uang tidak akan puas dengan uang, dan siapa mencintai kekayaan tidak akan puas dengan penghasilannya itu…..” (Pengkhotbah 5:9). Cara orang mendapatkannya, bagaimana orang memperlakukan dan mempergunakannya, dan apa tujuannya! Ya, di situlah titik persoalannya. Dan celakanya bila dengan memiliki semuanya lalu merasa lebih berkuasa. Mau berbuat seenaknya kepada siapa saja dan apa saja. Berlaku semena-mena. Seakan menjadi “tuhan” kecil atas sesamanya.

Harta benda, kekayaan, uang atau pun jabatan sebenarnya bukanlah barang haram. Juga belumlah berarti dosa. Hanya bila kurang diwaspada, bisa berbahaya. Yesus sendiri mensifatkannya: “Karena di mana hartamu berada di situ juga hatimu berada.” (Matius 6:21). Tive manusia yang hanya pintar menambah dan mengali untuk mengumpulkan harta, tapi kurang pintar untuk membagi kepada sesama dan Kerajaan Allah, itulah ciri “orang kaya yang bodoh” . Bukan “orang kaya yang bijak”.

Kenapa orang kaya dalam nas ini dikatakan Yesus sebagai “orang kaya yang bodoh”? Pertama, karena ia mengukur kesuksesannya hanya dari berapa banyak harta dan kekayaan yang dimilikinya. Tidak lebih dan tidak kurang! Kedua, cintanya kepada harta kekayaan dan uang melebihi rasa cintanya kepada sesama, melebihi yang lainnya. Ia tidak rela sedikit pun berbagi cinta kepada yang lain! Ketiga, harta kekayaan dan uang dijadikannya sebagai tujuan untuk menempatkan dirinya menjadi “tuhan” (hurup kecil). Seperti disifatkan Yesus, kaya harta dunia, melimpah segalanya! Tetapi sayang, bila tidak pernah kaya di hadapan Allah!

Orang kaya yang bodoh… Oh, kenapa begitu banyak dijumpai dalam ranah kehidupan? Ya, karena pada umumnya manusia lebih pintar menambah dan mengali, ketimbang urusan mengurang dan membagi! Oh, ya?! Ya, pintar berusaha dengan berbagai cara. Yang haram pun terkadang dihalalkannya. Kreatif menggali dan memanfaatkan segala peluang yang ada untuk melipatgandakan usaha. Sangat lihai soal menakar dan menimbang supaya tidak pernah kurang. Juga cermat menyimpan tabungan di Bank. Tapi soal membagi alias berbagi? Nah…nah..nah… untung rugi pertimbangannya. Di sinilah masalahnya. Paling banter lihai mengurangi hak milik sesama. Apa pun alasan dicari untuk membenarkannya. Maaf…maaf…maaf…! Anda termasuk tive orang kaya yang mana?! Amin!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

CERDIK SEPERTI ULAR TULUS SEPERTI MERPATI

KUBURKAN MENTALITAS BERAGAMA ALA FARISI

RUT: TELADAN KESETIAAN