KINI AKU MERDEKA DI DALAM KRISTUS! (Pengalaman Mengharukan Tentang Perjamuan Kudus)



Markus 14:22-25
Pada tahun 1985 di suatu desa kecil bernama Tumbang Tamirah (daerah Kahayan) pernah terjadi suatu pengalaman megharukan berhubungan dengan Perjamuan Kudus. Kisah ini dituturkan kembali oleh seorang Hamba Tuhan senior (sekarang telah Emeritus) yang pernah ia saksikan dan sangat memberkati selama ia bertugas di daerah itu. Pengalaman mengharukan ini selalu diingatnya, menginspirasi serta menguatkannya melaksanakan pelayanan, secara khusus tentang Perjamuan Kudus, hingga Hamba Tuhan ini menjalani masa-masa Emeritus (Pensiun) masa sekarang kini.
Di desa Tumbang Tamirah, adalah seorang warga jemaat, seorang Bapak yang telah lama menderita sakit. Ia dan beserta keluarganya telah berusaha mendapatkan kesembuhan, namun tidak membuahkan hasil. Walau segala apa yang ada, uang, ladang, harta, direlakan semua demi untuk mendapatkan kesembuhan bagi dia yang sangat dicintai oleh keluarga. Secara medis menunjukkan, bahwa ia tidak dapat bertahan lama menjalani kehidupan di dunia ini. Di saat kritis, ia memohon kepada keluarganya untuk mendatangkan seorang Hamba Tuhan sekiranya dapat melaksanakan Perjamuan Kudus baginya sebelum ia menghebuskan nafas terakhir meninggalkan dunia ini.
Keluarganya pun berusaha mendatangkan Hamba Tuhan untuk melaksanakan Perjamuan Kudus sesuai permintaan Bapak ini. Waktu itu, Hamba Tuhan berdomisili di desa lain. Berdasarkan situasi dan kondisi saat itu memang tidak mudah. Kondisi jalan, transprotasi, komunikasi tidak seperti jaman sekarang ini. Singkat cerita, Hamba Tuhan pun telah didatangkan. Walau terbaring tak berdaya, Bapak ini terlihat begitu bahagia bertemu dengan Hamba Tuhan. Itu artinya Perjamuan Kudus dapat dilaksanakan sesuai apa yang dirindukannya.
Seusai Perjamuan Kudus dilaksanakan, dengan kalimat ucap terpatah-patah, Bapak ini mengungkapkan kalimat iman luar biasa, disaksikan Hamba Tuhan (saksi hidup yang telah Emeritus kini, yang menuturkan kembali kisah ini) dan seluruh keluarga yang ada di sekelilingnya: “Penderiaan yang kualami ini, masih belum seberapa bila dibandingkan dengan kasih dan korban Kristus yang diberikanNya bagiku.” Tergambar kebahagiaan dan kedamaian di wajahnya menjelang kepergiannya menghadap Sang Khalik yang penuh kasih.
Tak dapat dilukis dengan kata-kata, seakan segala beban, termasuk beban dosa berat tak terbayar yang sangat menyiksanya selama ini seolah lepas tak berkutik, dan sungguh-sungguh tak berkutik! Bapak sederhana, pemilik iman ini pun pergi dalam sejahtera menghadap Bapa di Sorga. Dalam suasana Sorgawi, seakan disepanjang perjalanan pulang diiring koor bersama malekat tembangkan nyanyian kemenangan iman seperti dalam Nyanyian Ungkup nomor 185: “HUNG KUEH KAABAS AIM”:
1. Hung kueh kaabas aim, hung kueh kasanang aim?
Has toh talih Yesus wei, hong Ie sondaum te!
Punah utangku hanjak aku toh.
Yesus jari mampun te, mardeka aku toh.
2. Toh dosa jaton wei marentah aku toh;
Krana kuasan Tuhangku mampalah dosa te.
Punah utangku hanjak aku toh.
Yesus jari mampun te, mardeka aku toh.
3. Yoh kuang aku toh kaabas dia wei,
Baya Yesus, Tuhangku, manjadi kuasangku
Punah utangku hanjak aku toh.
Yesus jari mampun te, mardeka aku toh.
4. Hung kuasan Tuhan wei kamanang ayungku
Ie magah aku toh mahoroi jalan aie,
Punah utangku hanjak aku toh.
Yesus jari mampun te, mardeka aku toh.
5. Harajur Ie wei manunggo aku toh.
Awi Roh katoto aie iampong huangku.
Punah utangku hanjak aku toh.
Yesus jari mampun te, mardeka aku toh.
6. Horumat akae toh, je huang asi aie
Jari nguan jalan te, je palus kan kahaie.
Punah utangku hanjak aku toh.
Yesus jari mampun te, mardeka aku toh.
Saudara, hari ini kita melaksanakan Perjamuan Kudus (dalam rangka hari Perjamuan Kudus sedunia). Roti dan anggur yang kita terima adalah tanda yang dengannya iman kita terpaut kepada Dia yang telah mengorbankan diriNya dan mencurahkan darah untuk dosa-dosa kita. Menurut pandangan Calvin, Perjamuan Kudus adalah tanda tetapi bukan tanda kosong, tapi tanda yang bermakna, sebab tanda ini diberikan Allah melalui AnakNya supaya orang percaya melalui roti dan anggur betul-betul dipersatukan dengan tubuh dan darah Kristus.
Masih banyak orang Kristen yang mengharapkan jika Perjamuan Kudus dilaksanakan bagi yang sakit supaya mendapat mujizat dan sehat seperti sediakala. Roti dan anggur dianggap mempunyai kekuatan mistis illahi yang penuh kuasa. Kita memang tidak boleh menghakimi atau berspekulasi tantang iman seseorang! Karena banyak juga yang benar-benar sembuh karena keyakinannya tentang Tuhan walau melewati Perjamuan Kudus, roti dan anggur yang hanyalah sebuah tanda! kita tidak boleh membatasi kuasa Tuhan!
Namun, banyak juga orang sakit yang setelah menerima Perjamuan Kudus, tidak sembuh dari sakitnya dan akhirnya berpulang meninggalkan dunia ini. Apakah karena itu dianggap kuasa dan mujizat Allah berkurang? “Penderiaan yang kualami ini, masih belum seberapa bila dibandingkan dengan kasih dan korban Kristus yang diberikanNya bagiku.” Oh, kalimat semacam ini hanya dapat diucapkan oleh seorang beriman sejati. Yang mempertaruhkan hidup dan matinya hanya pada Kristus! Oleh seorang Kristen sejati yang tau betul apa sesungguhnya yang paling berharga baginya, mengatasi segala kebahagiaan semu di dunia ini.
Saya tahu, semakin banyak orang Kristen masa kini tidak terlalu suka soal penderitaan. Orang Kristen masa kini lebih mengharapkan khotbah para hamba Tuhan dengan tema-tema seputar Allah kita yang dahsyat, menjadi pemenang, berkat Tuhan sungguh luar biasa, Tuhan menjadikan kita kepala bukan ekor, atau pertolongan Tuhan tepat pada waktunya. Kita tidak menampik harapan yang demikian, karena itu juga adalah keperluan untuk kita hidup di dunia ini. Hanya masalahnya seperti kata Yesus: “apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia tetapi kehilangan nyawanya? Dan apakah yang dapat diberikannya sebagai ganti nyawanya?” (Matius 16:26).
Penetapan Perjamuan malam yang juga bermakna Perjamuan Kudus seperti yang dicatat Injil Markus 14 memang singkat. Hanya terdiri dari empat ayat. Namun ada satu kalimat Yesus yang merangkum kekuatan makna yang terkandung di dalamnya, khususnya pada ayat 25: “Aku berkata kepadamu: sesungguhnya Aku tidak minum lagi hasil pokok anggur sampai pada hari Aku meminumnya, yaitu yang baru, dalam kerjaan Allah.” Apa artinya? Pertama, PengorbananNya tidak tanggung-tanggung, utuh dan sempuna! Tidak ada yang kurang dan harus ditambahkan oleh manusia! Kedua, pembaharuan yang Yesus lakukan dipertaruhkan bagi tebusan dosa manusia akan dibuktikan serta berpengaruh besar yang dengannya manusia dapat beroleh selamat masuk Sorga!
Saudara, korban Yesus begitu sempurna bagi kita. Masihkah kita menyangsikannya? Harga mahal untuk menebus doa kita manusia telah dibayar lunas, haruskah kita merusak kidup yang begitu berharga dengan cara kerakusan, ketamakan dan keinginan daging kita? Merusaknya dengan ngobat, atau berkubang dalam kenikmatan dosa yang hanya semua sifatnya? Adakah kita sadar akan nilai hidup yang begitu berharga dan mensyukurinya? Adakah penderiaan yang kita alami saat ini membuat kita lemah dan lebih memilih jalan pintas untuk menyelesaikannya?
Perjamuan Kudus yang kita laksanakan lebih bermakna sebagai dorongan bagi kita untuk secara periodik menilai diri (self correction) dalam arti, mengadakan koreksi atas hati dan pikiran kita. Melaluinya kita diarahkan akan makna korban tubuh dan darahNya yang Ia curahkan menjadi tebusan dosa manusia! Yang dengannya, kita senatiasa diingatkan akan kasih Allah yang tiada tara, iman percaya kita selalui dibaharui dan dikuatkan! Dan melaluinya kita boleh kuat, tegar dalam iman yang berkemenangan: “Penderiaan yang kualami ini, masih belum seberapa bila dibandingkan dengan kasih dan korban Kristus yang diberikanNya bagiku.” Amin!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

CERDIK SEPERTI ULAR TULUS SEPERTI MERPATI

KUBURKAN MENTALITAS BERAGAMA ALA FARISI

RUT: TELADAN KESETIAAN