HARI INI HARINYA TUHAN



(Ibrani 4:1-13)

Hari-hari yang kita jalani setiap hari adalah hari dimana kita boleh menjalani berbagai aktivitas kehidupan selama di dunia ini. Penghargaan setiap orang terhadap hari tentu bermacam-macam. Tergantung entah apa yang orang pikirkan dan lakukan. Entah apa yang dipriotitaskannya bagi kehidupan. Ada yang menganggap setiap waktu dalam setiap hari begitu penting dan berharga. Harus diisi dengan berbagai aktivitas pekerjaan yang mendatangkan sejahtera. Karenannya tidak heran bila ada orang yang mengistilahkannya dengan “Time Is Money”. Hidup selalu terpacu untuk menghargai waktu, menggunakan waktu yang begitu berharga, tidak menunda-nunda pekerjaan, atau hidup hanya bermalas-malasan!

Ada bermacam tanggapan orang terhadap hari yang dijalaninya. Tentu saja itu berdasarkan pengalaman yang dialaminya. Pengalaman setiap orang terhadap hari-hari yang dijalaninya tentu tidak sama. Ada yang menganggap bahwa hari itu adalah hari kesialan, hari duka, hari yang baginya bagaikan mendung saja. Maklum karena sedang mengalami keadaan apes, menghadapi duka, dikhianati, diremehkan, ditipu, dlsb. Namun ada juga sebagian orang menganggap bahwa hari yang dijalaninya adalah hari yang menyenangkan. Maklum karena lulus ujian, mendapat pekerjaan, mendapat kemurahan rejeki, diberikan kedudukan, berhasil dalam usaha, dlsb. Pada umumnya semua manusia menghadapi tiga tahapan waktu atas hari-hari yang dilajaninya di dunia ini. Rata-rata orang sepakat untuk mengatakan bahwa manusia mengalami “hari kemarin”, menjalai “hari ini”, dan mengharapkan “hari esok”. 

1. HARI KEMARIN: “Pengalaman” (ay.1-6).

Hari kemarin adalah “pengalaman” demikian orang sering mengatakan. “Pengalaman” adalah guru terbaik demikian yang sering kita dengarkan. Melalui mana kita boleh belajar untuk berbenah diri, sehingga keadaan kita kini lebih baik dari sebelumnya. Hanya orang bodoh yang mau mengulangi kesalahan yang sama. Jatuh ke lobang yang sama. Dalam rangka memberikan dorongan semangat manakala Jemaat Ibrani menghadapi tekanan berat serta penganiayaan yang dialami, penulis kitab Ibrani mengingatkan mereka : “Dan dalam nas itu kita baca: "Mereka takkan masuk ke tempat perhentian-Ku. Jadi sudah jelas, bahwa ada sejumlah orang akan masuk ke tempat perhentian itu, sedangkan mereka yang kepadanya lebih dahulu diberitakan kabar kesukaan itu, tidak masuk karena ketidaktaatan mereka.” (ay.5-6). 

Mereka diperingatkan supaya pengalaman masa lalu bangsa Israel jangan terulang lagi. Seperti pada masa Yosua yang memimpin bangsa Israel memasuki tanah Kanaan, tak semua memasuki tanah Kanaan atau Tanah Perjanjian, ada di antara mereka yang tertinggal di padang gurun, ada yang dicobai dan jatuh. Demikian pun pada hari perhentian Allah di kedatangannya kelak, tak semua orang memasukinya, karena tidak setia, jatuh oleh berbagai godaan dan pencobaan dalam hidup. Hidup ini bukan untuk dipertanyakan, tetapi untuk diberikan jawaban! Tanpa kecuali, tantangan yang sama berlaku bagi setiap orang. Termasuk kepada kita sebagai orang beriman! Hari demi hari terus berjalan, hari berganti bulan, bulan berganti tahun seiring waktu, entah sampai kapan hingga kita semua sebagai manusia satu-persatu sampai kepada pada suatu titik akhir, yaitu kematian. 

2. HARI INI: “Harinya Tuhan” (ay. 7-10).

Menghadapi aneka ragam pahit getirnya hidup orang beriman harus tetap kuat. Hari ini adalah kenyataan yang harus dihadapi. Hari ini adalah hari yang tepat untuk berbenah diri. Hari yang tepat untuk bertobat! “Pada hari ini, jika kamu mendengar suara-Nya, jangan keraskan hatimu.” (ay. 7). Hari ini adalah hari yang sangat menentukan untuk hari esok. Apa pun pilihan kita hari ini, apa pun yang kita kerjakan hari ini sangat berpengaruh besar untuk hari esok! Apa pun keadaannya hari ini adalah hari berkat. “Hari ini harinya Tuhan”, seperti dalam lagu sekolah minggu, yang mungkin kita semua mengingatnya: 

Hari ini…..
hari ini…..
Harinya Tuhan, 
harinya Tuhan

Mari kita, 
mari kita
Bersuka ria, 
Bersukaria
Reff:
Hari ini harinya Tuhan
Mari kita bersuka ria
Hari ini, hari ini
Harinya Tuhaaaaaan…………..!

Tidak ada kamus “nasib” dalam kehidupan orang beriman! Setiap hari seiring perjalanan waktu yang kita jalani dalam kehidupan adalah anugerah Tuhan. Alkitab memperlihatkan kepada kita bagaimana Allah berkativitas dan berkarya dengan sempurna ketika menciptakan alam semesta! Allah tidak bermalas-malas, tetapi berdasarkan suatu tahapan-tahapan terencana, dikerjakan hingga pada titik akhir secara sempurna. Setiap tahapan-tahapan itu selesai dikerjakan, Allah selalu mengatakan “Allah melihat bahwa semuanya itu baik” (Kejadian 1:8), bahkan pada puncak penciptaan pada hari keenam diselesaikan, lebih tegas lagi dikatakan “Maka Allah melihat segala yang dijadikan-Nya itu, sungguh amat baik. Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah hari keenam.” (Kejadian 1:31).

Setiap hari adalah hari rahmat dan berkat Tuhan yang diterima dan dijalankan. Diterima dengan rasa syukur, dijalankan dengan arif, dipertimbangkan, dan dikerjakan dengan sebaik-baiknya. Hidup adalah pilihan. Pilihan yang tepat dan terisi berkat. Bila Adam dan Hawa terusir dari taman Eden dan terkutuk, bukan Karen Allah menentukan nasib. Tetapi karena pilihan mereka yang salah! (Kejadian 3:1-19). Nasib hanya boleh terjadi kepada manusia-manusia yang tanpa pegangan, tanpa Tuhan! Manusia-manusia yang mengeraskan hati, lebih menuruti nafsu kedagingan ketimbang mengikuti hati nurani pimpinan Tuhan!

3. HARI ESOK: “Hari Perhentian” (ay. 11-13).

Semua orang di dunia ini mengharapkan bahwa hari esok lebih baik dari hari ini. Namun harapan tentu hanyalah tinggal harapan bila hidup dalam angan-angan. Tak berani hadapi kenyataan. Jemaat Ibrani sedang mengalami penganiayaan dan keputusasaan. Mereka seperti kehilangan pengharapan. Bahkan beberapa di antaranya mulai menunjukkan tanda-tanda akan meninggalkan iman mereka kepada Yesus dan kembali kepada kepercayaan Yahudi mereka sebelumnya, karena mereka dianiaya dan putus asa.

Perhentian Sabat Ilahi di sorga haruslah menjadi tujuan umat Tuhan yang percaya. Tidak boleh digagalkan oleh apa pun, baik oleh rintangan, bujukan atau pergumulan, beban berat yang bisa membelokan iman kita di dunia ini. Jalan pintas bukanlah jalan yang tepat bagi seorang beriman sejati. Tetapi terus berjuang dan terus berjuang. Perhentian, sabat Ilahi harus menjadi tujuan tertinggi setiap umat Tuhan. Iman dan pengharapan tidak boleh hanya setengah jalan, tertapi sampai akhirnya sampai garis akhir penghabisan! (ay.11).

Hari demi hari terus berjalan seperti sediakala. Laksana perputaran roda. Hari ini bisa jadi berada pada putaran atas, tapi besok bisa jadi berada pada putaran bawah. Suka duka silih berganti. Waktu terus berjalan bagai putaran roda. Tak ada tawar-menawar. Terus berjalan dan tak pernah kembali lagi ke belakang. Tawa dan air mata bagai hiasan kehidupan yang selalu mengiringi sepanjang kehidupan kita manusia. Bila sukses atau sedang naik daun, bersyukurlah, jangan takabur! Bila sedang beduka, atau sedang hadapi beban berat kehidupan, bersabarlah, karena masih ada hari esok! Hidup tidak memberikan pilihan lain, kecuali bagaimana sikap kita selaku umat percaya menyikapi, menjalani dan menentukan pilihan terbaik bagi kehidupan, kini dan untuk masa yang akan datang! Amin!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

CERDIK SEPERTI ULAR TULUS SEPERTI MERPATI

KUBURKAN MENTALITAS BERAGAMA ALA FARISI

RUT: TELADAN KESETIAAN