MENUJU AMBANG PINTU SABAT ILAHI



(Ibrani 4:1-13)

Kitab Ibrani 4:1-13 sebenarnya tidak membahas soal “perhentian” (beristirahat) bekerja pada hari Sabat atau tentang keunggulan “hari sabat” Tuhan, hari ketujuh secara harafiah (seperti yang sering disalatafsirkan oleh sebagian orang), tidak! Lebih dari itu! Ia merujuk ke suatu tempat “perhentian” dalam arti yang lain, yang lebih luas, yaitu suatu tempat dalam “sabat Ilahi”, “perhentian Ilahi” di Sorga, yang disediakan bagi orang yang percaya kepada Kristus Yesus. Dengan kata lain, merujuk ke suatu “tempat peristirahatan kekal abadi di Sorga”, sebagaimana Allah beristirahat pada hari ke tujuh setelah penciptaan dunia ini. Suatu tempat perhentian bagi mereka yang taat kepada Tuhan.
Kenapa kita katakana bahwa Kitab ibrani 4:11-13 tidak bertujuan melulu membahas soal Sabat dan perhentian (beristirahat) pada hari ketujuh secara harafiah? Ini alasannya! Mari kita selidiki kata perkata (khususnya ay. 9) dari teks Yunani aslinya, yang berbunyi demikian: “ara {oleh karena itu} apoleipetai {ia disisakan} sabbatismos {perhentian} tô laô {bagi umat} tou theou {Allah}. Ayat di atas sama sekali tidak menyebutkan bahwa "hari Sabat bagi umat Allah" melainkan "perhentian bagi umat Allah", bahkan tidak ada kata "hari" (Yunani) di sana. Ibrani 4:9 dalam bahasa asli Yunani tidak menulis "hari perhentian" atau "hari ketujuh". Kata 'σαββατισμος– sabbatismos', "perhentian" . Kata "perhentian" dalam Ibrani 4:11 bukanlah 'sabbatismos' tetapi 'katapausis' yang biasanya digunakan untuk "tempat" dan bukan "hari". Karena itu, kata 'sabbatismos' dalam teks aslinya sama sekali bukan hari Sabat, bukan pula dimaksudkan hari Sabtu seperti yang sering digunakan oleh para penafsir Alkitab abal-abal!
Secara historis, Kitab Ibrani 4:1-13 ditujukan kepada para pembacanya yang berlatar belakang Yahudi, yang sangat paham betul tentang makna Sabat. Sangat menghormati sabat. Paham betul tentang berkat sabat. Karena itu, bila penulis kitab Ibrani menyinggung soal Sabat atau “perhentian” (beristirahat) pada hari Sabat dalam nas ini hanyalah sebagai sampel perbandingan untuk menjelaskan bahwa Sabat dan berkat “perhentian” tentang sabat di bawah perjanjian lama sudah digenapi di dalam Yesus yang telah datang dan menetapkan suatu perjanjian baru oleh kematian-Nya yang mengerjakan perdamaian. Ini sangat diperlukan dalam rangka memperkuat iman mereka kepada Kristus, mengingat jemaat Ibrani sedang mengalami penganiayaan dan keputusasaan. Bahkan beberapa di antaranya mulai menunjukkan tanda-tanda akan meninggalkan iman mereka kepada Yesus dan kembali kepada kepercayaan Yahudi mereka sebelumnya, karena mereka dianiaya dan putus asa.
Perhentian Sabat Ilahi di sorga haruslah menjadi tujuan umat Tuhan yang percaya. Mereka tidak boleh digagalkan oleh apa pun, baik oleh rintangan, bujukan atau pergumulan, beban berat yang bisa membelokan iman mereka di dunia ini. Tempat perhentian, sabat Ilahi harus menjadi tujuan tertinggi setiap umat Tuhan. Penulis kitab ibrani memperingatkan supaya pengalaman masa lalu bangsa Israel jangan terulang lagi. Seperti pada masa Yosua yang memimpin bangsa Israel memasuki tanah Kanaan, tak semua memasuki tanah Kanaan atau Tanah Perjanjian, ada di antara mereka yang tertinggal di padang gurun, ada yang dicobai dan jatuh. Demikian pun pada hari perhentian Allah di kedatangannya kelak, tak semua orang memasukinya, karena tidak setia, jatuh oleh berbagai godaan dan pencobaan dalam hidup.
Laksana sudah semakin mendekat ke ambang pintu sabat Ilahi, demikianlah harinya sudah semakin mendekat. Karena itu umat Tuhan perlu selalu berjaga-jaga dan waspada! Harus tetap berpegang teguh pada dasar iman yang sungguh yaitu kepada Yesus Kristus, taat dan setia di dalam iman dan berusaha agar ikut masuk pada hari perhentianNya. Kita wajib tetap giat bekerja dan berusaha selama hidup di bumi ini, tetap harus tekun mempertahankan iman dan hidup dijalan yang benar hingga akhir kehidupan kita pun berkenan beroleh berkat sabat ilahi yang kekal di Sorga. Amin!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

CERDIK SEPERTI ULAR TULUS SEPERTI MERPATI

KUBURKAN MENTALITAS BERAGAMA ALA FARISI

RUT: TELADAN KESETIAAN